Sunday, August 1, 2010

APA KATA ORANG, BELUM TENTU BENAR

Alkisah di Negeri yang namanya Indonesia ini banyak sekali bermunculan pengamat pengamat amatiran, mungkin salah satunya termasuk kita sendiri. Hampir semua masalah dikomentari dengan gaya dan bahasa mereka. Entah latar belakangnya memang ahli dibidang itu atau mungkin hanya setengah setengah saja. Yang paling parah sok tau, yah namanya pengamat amatiran, tau sedikit ngerasa paling tau, yang lain bodoh, padahal masih perlu banyak mengilmui dirinya sendiri. Atau malah Cuma cari perhatian??biar dianggap berpendidikan.
Anehnya banyak orang yang terpengaruh dengan bisik bisik para pengamat tersebut hingga serba salah untuk melangkah. Tapi bagi mereka yang memegang prinsip : Jalankan saja semua apa yang akan kita jalankan asal menurut kita benar. Benar disini harus berpedoman pada agama, fiqh, baik dan buruk, etika dan budi pekerti.
Contoh Kasus, Seorang Anak dan Bapak berjalan pada keramaian orang banyak dengan menuntun seekor kuda. Si Bapak dan si Anak berjalan menuntun kuda tersebut tanpa menaiki kudanya. Apa kata orang banyak tersebut? punya kuda kok nggak nggak dinaikkin dasar Goblok. Lalu keesokan harinya mereka berjalan kembali dengan Bapak yang naik diatas kuda tersebut sedangkan siAnak menuntun kuda.
Apa kata mereka Bapak nggak tahu diri anaknya dibiarkan berjalan sedang dia enak enakan diatas kuda. Besoknya Si anak yang naik kuda dengan Bapak berjalan menuntun kuda. Apa kata mereka : Anak durhaka tidak kasihan sama orang tua yang telah mencari nafkah siang dan malam. Esoknya si Anak dan si Bapak naik bersama sama diatas kuda tersebut. Apakata mereka : Manusia nggak punya perikebinatangan. Kuda tua dinaikin berdua belum lagi membawa beban dikiri kanannya.
Jadi sebenarnya yang benar itu seperti apa? Memang menghadapi manusia manusia seperti ini perlu strategi yang benar. Mereka yang hobi membicarakan kelemahan orang lain harus dihadapi dengan sabar. Beruntunglah kita kita yang sibuk membenahi diri sendiri tanpa harus jadi pengamat amatiran. Antara pengamat dan provokator itu sangat tipis batasnya. Selamat merenungkan contoh kasus diatas. Semoga dapat membantu dalam berpikir secara dewasa.

No comments:

Post a Comment